Kartu Bisnis

Kartu Bisnis
Member ID : GLN0000982
peluang usaha

Sabtu, 08 September 2012

Energi Batu

Semua Benda Berenergi 

Pada prinsipnya, segala makhluk hidup dibumi adalah makhluk berenergi. Dalam arti, memiliki getaran tertentu dengan spesifikasi tertentu. Energi ini tidak bisa musnah. Ia akan bersatu dengan sesuatu yang memberikan media. Getaran batu nisan tua dibanding batu nisan buatan pemahat baru, tentu berbeda. Batu nisan jaman dahulu berasal dari tebangan pohon, setelah sekian ratus tahun, membatu dan menjadi fosil.

Getaran fosil kayu itu, akan mengeluarkan energi, mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Termasuk manusia dan binatang. Ada sebentuk atmosfer tertentu yang dihasilkan fosil itu. Energi yang dihasilkan, bisa negatif atau positif. Bergantung kepada riwayat fosil dan ‘pemilik’ yang tidur dibawahnya.

Langit dan bumi, juga memiliki getaran, bangunan tembok, batu, kayu, bambu yang dibuat jadi rumah tinggal, juga mengandung getaran. Getaran itu bisa mempengaruhi kondisi manusia. Disamping itu getaran jiwa pembuatnya, penghuni atau siapapun yang pernah tinggal dalam sebuah rumah, akan meninggalkan getaran tertentu jika sudah pergi dari rumah tersebut. Getaran itu disimpan dalam media ruang yang ada. Semakin lama mengendap akan berubah menjadi energi.

Getaran nafsu, emosi, kelainan jiwa dan sejenisnya, tentu akan menghasilkan energi negatif. Getaran kekuasaan, kemakmuran, kemenangan akan menghasilkan energi positif. Paling tidak, akan memacu optimisme penghuninya.

Tidaklah mengherankan, banyak orang berburu barang antik peninggalan bangsawan atau orang terpandang, atau milik para pertapa zaman dahulu. Kesemuanya dimaksudkan sebagai sarana untuk ikut mewarisi energi positif yang terkandung pada benda-benda tersebut. Istilah Jawa: nyadhong sawabe. Memang bukan sesuatu yang mustahil, karena energi itu sendiri tidak pernah bisa dimusnahkan. Termasuk energi anda.

Disamping, bisa menciptakan lingkungan berenergi positif, energi manusia juga mampu menyerap energi dari luar tubuhnya.

Setiap ciptaan Tuhan pada prinsipnya energi. Energi bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar diri. Energi bermanfaat untuk segala hal jika kita tahu cara memanfaatkannya. Seperti produk Energy Pendant adalah batu  yang telah di proses sehingga batu tersebut memiliki kandungan energi cerdas yang bisa digunakan untuk berbagai manfaat.

Berbeda dengan energi dalam diri manusia yang bisa naik turun, energi dalam batu mulia jauh lebih stabil karena batu memiliki karakteristik dapat menyimpan energi secara permanen.

Berbeda dengan energi dalam diri manusia yang bisa naik turun, energi dalam batu jauh lebih stabil karena batu memiliki karakteristik dapat menyimpan energi secara permanen.


Ada buku yang cukup menarik untuk dibaca. Judulnya “Mukjizat Sains Dalam Al Qur’an”, Menggali Inspirasi Ilmiah, oleh Ir. H. Bambang Pranggono, MBA., IAI.

Tulisan terbagi dalam beberapa kelompok, seperti; angkasa, buana, samudra, flora fauna, kota, manusia dan ilmu.

Mungkin tidak perlu terlalu serius, bagi saya buku ini cukup memberikan nuansa dari sudut yang berbeda dari Al Qur’an (dalam hal ini tentu saja sains). Pasalnya, sulit sekali menyediakan waktu untuk mencerna (dan memahami) dari berbagai sudut yang berbeda dengan segala keterbatasanku (apalagi dari sudut sains).

Salah satu tulisan dalam kelompok buana, dengan judul “Energi Batu” coba saya tulis disini, sebagai gambaran isi dari buku ini:

Ayat utama yang di-kutip (potong) adalah Al Baqarah (2): 74,

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan."
 ~ Al Baqarah (2):74

Dan sungguh di antara batu-batu itu ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya. Dan sungguh diantaranya ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya. Dan sungguh di antaranya ada yang berubah wujud karena takut kepada Allah. (Q.S. Al Baqarah [2]: 74)

Dalam Al Qur’an, ada 18 ayat tentang batu. Diantaranya :
  • ayat tentang batu neraka (Q.S. Al Baqarah [2]: 24),
  • ayat tentang umat durhaka dihujani batu dari langit (Q.S. Al Anfal [8]: 32),
  • ayat tentang penghuni gunung batu (Q.S. Al Fajr [89]: 5),
  • ayat tentang pasukan gajah yang dilempari batu panas (Q.S. Al Fiil [105]: 4). 
Islam memang tidak menyembah batu, tetapi Islam tidak terpisahkan dengan batu.

Al Qur’an turun pertama kali di sebuah gua batu yang bernama Gua Hira, di puncak gunung batu yang bernama Jabal Nur.

Lima kali sehari Muslim wajib shalat menghadap ke arah Ka’bah, bangunan yang tersusun dari batu purbakala. Di sudutnya menempel sebuah batu hitam yang dinamakan Hajar Aswad. Batu hitam ini dicium oleh Nabi Muhammad SAW dan semua orang Islam juga ingin menciumnya.

Tak jauh dari sana, ada batu dengan bekas telapak Nabi Ibrahim yang disebut Maqam Ibrahim, juga dijadikan tempat shalat.

Ritual ibadah haji tidak sempurna tanpa melontar tiga jumrah di Mina dengan batu-batu kerikil.

Di Yerusalem, ada batu yang konon adalah tempat mi’raj Nabi Muhammad SAW ke langit, kini berada di dalam bangunan segi delapan yang dinamakan Dome of The Rock (Kubah Batu). Batu juga yang digunakan sebagai batu nisan di seluruh dunia.

Ada apa dengan batu?


Prof. Dr. Ir. H. Lilik Hendradjaya MSc, mantan Rektor ITB, mengatakan bahwa batu bersifat ferromagnetik, bisa terpolarisasi sehingga memiliki daya rekam informasi.

Bacaan do’a dan zikir di dekat batu akan terekam, menempel dan terakumulasi membuat medan energi di sana. Apalagi bila hal itu berlangsung selama berabad-abad. Ini yang menjadikan sebagian batu itu seolah-olah berdaya magis sehingga dikeramatkan orang.

Tetapi ada lagi kekuatan yang terpendam dalam batu. Batuan granit yang selama ini dipakai untuk lantai dan dinding bangunan, ternyata bisa menjadi sumber energi.

Granit berasal dari dalam perut bumi dan memiliki struktur pendingin internal yang menghalangi naiknya panas bumi ke permukaan. Di kedalaman 3 – 5 km, granit dengan panas 400 derajat Celcius terdapat dalam jumlah yang sangat besar. Jenis energi granit ini termasuk golongan geothermal dan dinamakan hot rock energy.

Cara menangkapnya ialah dengan mengebor lubang sampai menembus lapisan granit panas. Kemudian mengalirkan air kedalamnya sampai terbentuk kolam di dalam retakan alaminya. Air akan mendidih dan dialirkan keatas melalui lubang lain. Uapnya memutar turbin yang menghasilkan listrik, lalu didinginkan dan dialirkan lagi ke dalam bumi. Amerika Serikat berencana membangun pembangkit listrik dari rock energy secara besar-besaran.

Pada 2050, energi yang dihasilkan akan berjumlah 100 milyar watt, sama dengan jumlah daya seluruh pembangkit tenaga nuklir saat ini. Menurut Jefferson W Tester, engineer dari MIT, keunggulan hot rock energy adalah aman dari kebocoran radiasi, bebas polusi CO2 dan tidak mengakibatkan pemanasan global.

ALLAH sudah memberi isyarat dalam surah Al Baqarah (2) ayat 74 tadi, tentang batu yang terbelah retak dan mengalirkan air. Tinggal manusia berfikir meneliti lebih lanjut. Wallaahu a’lam.


Seni Batu ( Suiseki )

Bagi mereka yang paham terhadap seni dari Jepang, pasti tahu tentang batu suiseki. Bagi masyarakat umum, suiseki mungkin masih terdengar aneh di telinga masyarakat Indonesia. Bagi masyarakat Semenanjung Korea, Jepang, dan Taiwan, seni batu ini hadir dengan berbagai nama.

Di Korea, suiseki disebut Su-Seok, yang artinya ‘batu berumur tua'. Di China, batu-batu ini akrab dipanggil shangshe,yang artinya ‘batu-batu indah'. Di Jepang sendiri disebut suiseki, yang artinya ‘batu air'. Meski mempunyai banyak panggilan, pengertiannya tetap sama, yakni batuan bernilai seni tinggi yang tercipta secara alamiah akibat proses alam yang berhubungan dengan air. Selintas batuan suiseki terlihat biasa saja. Namun, jika diperhatikan secara seksama, batuan itu bisa berbentuk menyerupai sesuatu, seperti bentuk binatang, atau bentuk alam seperti gunung, tebing, dan sejenisnya.

Seni ini muncul kira-kira 1.500 tahun lalu, sekitar tahun 618 sampai 907. Waktu itu, masanya kerajaan Dinasti Tan dan Sung. Di negeri Tiongkok itu, suiseki lahir dengan sebutan Shang-Sek atau Yah-Sek. Artinya, batu yang dapat dinikmati keindahannya dalam jenis dan arti yang lebih luas. Nama suiseki berasal dari akar kata Sui-Sek dalam bahasa Cina, yang berarti batu air.

Konon, sekitar 3.000 tahun yang lalu alkisah ada seorang rakyat biasa negeri Song menemukan sepotong batu. Karena percaya itu sangat bernilai maka batu tersebut disimpan baik-baik. Tamu-tamu yang berkunjung mengamati batu tersebut dan mulai menyenanginya. Pada awal Dinasti Shang (20 abad S.M) kegemaran terhadap seni batu mulai memasyarakat dan populer.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer